Senin, 23 Maret 2015

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK



KONSEP KOMUNIKASI TERAUPETIK

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun hubungan antara manusia.
Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinterksi dengan pasien /klien, perawat diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis. Kehadiran dan interaksi yang dilakukan perawat hendaknya membawa kenyamanan dan kerinduan bagi klien.
Komunikasi yang direncanakan secara standar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk menyembuhkan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya disebut sebagai komunikasi terapeutik oleh” Heri Purwanto (1945)  .
Hubungan perawat - klien yang terapeutik adalah pengalaman bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang positif seoptimal mungkin. Untuk dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami betul tentang dirinya.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa dirinya: kesadaran klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab. Seluruh prilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non verbal ) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien. Analisa hubungan yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).


A.    DEFENISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat- klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalan klien. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi pengaruh orang lain.
Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin  dicapai tanpa komunikasi (budi anna keliat).
Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang profesional dengan menggunakan pendekatan profesional berdasarkan perasaan dan emosi. Didalam komunikasi terapeutik ini harus ada unsur kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien ( heri purwanto, 1994)
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal. ( Mulyana, 2000)
Persoalan mendasar dan komunikasi terapeutik adalah adanya saling kebutuhan antara perawat dan pasien, perawat membantu pasien dan pasien menerima bantuan.

B.     TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi terapeutik dilaksanakan dengan tujuan:
1.        Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
2.        Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan memperatahankan kekuatan egonya.
3.        Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan.
4.        Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan tenaga kesehatan secara profesional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.

C.    PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat terapeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip- prinsip berikut ini :
1.      Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
3.      Perawat harus mamahami, menghayati nilai dianut oleh klien.
4.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5.      Perawat harus menciptakan suasana yang mungkin pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tubuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
6.      Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
7.      Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
8.      Memehami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik.
9.      Kejujuran dan komunikasi terbuka  merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
10.  Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, sosial, spiritual dan gaya hidup.
11.  Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu.
12.  Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
13.  Altruisme, mendapatkan keputusan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
14.  Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
15.  Bertanggung jawab dalam 2 dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain tentang apa yang dikomunikasikan.

D.    KRAKTERISTIK HELPER YANG MEMFASILITASI TUMBUHNYA HUBUNGAN TERAPEUTIK
Karakteristik pribadi seorang helper atau perawat sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena instrumen yang digunakan oleh perawat pada saat berkomunikasi dengan klien adalh dirinya sendiri.
Menurut Rogert dalam Stuart G.W. (1998), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat)  yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Karakteristik helper tersebut antara lain:
*    Kejujuran
Kejujuran (trustworthy) sangat penting dalam komunikasi terapeutik, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling percaya.
*    Tidak membingunkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien , perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti klien serta tidak berbelit-belit.
*    Bersifat positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan klien lewat nonverbalnya sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ini bisa ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien.
*   Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien (Brammer,1993).
*   Mampu  melihat permasalahan dari kaca mata klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien  (Taylor, Lilis dan Lamone,1997) . Karena itu untuk memecahkan masalah klien perawat harus mampu melihat permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk kemampuan ini perawat dituntut untuk memiliki kemampuan active listening dan kesabaran dalam mendengarkan semua ungkapan klien.
*   Menerima klien apa adanya.
kemampuan untuk menerima klien apa adanya juga merupakan salh satu karakteristik helper  yang efektif. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai – Otong, 1995).
*   Sensitif terhadap perasaan klien.
Sebelum seorang perawat menjadi seorang konselor, sebaiknya dia bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah saya ini sudah sensitif terhadap perasaan atau kebutuhan orang lain ?”  tanpa kemampuan ini hubungan terapeutik perawat-klien tidak akan terjalin dengan baik, karena jika pada saat berkomunikasi perawat tidak sensitif terhadap perasaan kliennya bisa saja perawat menyinggung perasaan klien.
*   Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar