Rabu, 11 Februari 2015

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
By : Ns. Fhirawati, S.Kep


KONSEP DASAR (Review)

Asuhan keperawatan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dari klien merupakan tanggung jawab yang besar dari perawat. Sebab itu, dalam diktat ini penulis mencoba menguraikan sebagian informasi tentang cairan dan elektrolit-elektrolit di dalam tubuh manusia, sebab-sebab dan efek ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta membuat rencana asuhan keperawatan klien dengan masalah tersebut di bagian akhir dari diktat ini untuk mencegah, mengenal dan mengurangi ketidakseimbangan dan mengurangi ketidaknyamanan.


Mekanisme dasar keseimbangan cairan dan elektrolit
Persentase yang besar dari berat badan adalah terdiri dari air yang mengandung partikel-partikel bahan organis dan anorganis yang bital bagi kehidupan manusia. Diperkirakan 75% berat badan bayi terdiri dari air sedangkan pada orang dewasa laki-laki 60% dan wanita 50%. Persentase berat badan yang terdiri dari air lambat laun akan menurun seiring dengan bertambahnya usia.

Cairan tubuh terus-menerus berkurang dan harus diganti demi kelangsungan proses-proses yang normal. Tubuh menerima air dari makanan dan cairan yang masuk serta dari metabolisme bahan makanan dan dari jaringan tubuh. Makanan padat seperti daging dan sayuran mengandung air 60 – 90%. Perlu dicatat bahwa pergantian air sama dengan jumlah kehilangan dalam sehari (intake = output). Angka tersebut merupakan panduan untuk menentukan keseimbangan cairan yang normal dan merupakan penekanan bahwa pencatatan intake dan output cairan dari klien memerlukan ketelitian.


Distribusi cairan tubuh

Kompartemen
%
Cairan
Keterangan
Intraseluler
66
Intrasel (CIS)
Cairan di dalam sel
Ekstraseluler
34
Ekstrasel (CES)
Cairan di luar sel
Intravaskuler
7
Plasma
Cairan di dalam pembuluh darah
Interstitial
27
Getah bening, CSF, keringat, urine, eksudat, dsb
Cairan di dalam jaringan/diantara sel atau di dalam rongga tubuh


Sirkulasi cairan dan elektrolit

Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam 3 fase, antara lain  :
-          Plasma darah bergerak diseluruh tubuh dengan sistem sirkulasi.
Nutrien dan cairan diambil dari paru-paru dan GI track.
-          Cairan interstitial dan komponen-komponennya bergerak diantara kapiler darah dan sel.
-          Cairan dan substansi selanjutnya bergerak dari cairan interstitial ke dalam sel.


Metode pergerakan cairan

1.     Difusi
Pergerakan larutan dari area yang konsentrasinya tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah, sampai terjadi keseimbangan.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh :
·         Ukuran molekul à molekul yang besar lebih lambat dibandingkan molekul kecil
·         Konsentrasi larutan à semakin tinggi konsentrasi semakin cepat bergerak
·         Temperatur à semakin tinggi temperatur larutan semakin tinggi kecepatan difusi

2.     Osmosa
Perubahan/pergerakan cairan dari larutan yang konsentrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya tinggi dengan melalui selaput permeabel sel.
Air bergerak guna melarutkan cairan yang konsentrasinya lebih tinggi sampai terjadi equilibrium dari kedua sisi membran.

3.     Transportasi aktif
·         Membutuhkan energi
·         Untuk mempertahankan konsentrasi ion sodium dan potassium pada ekstrasel dan intrasel
·         Dikenal dengan “ pompa sodium – potassium “

4.     Filtrasi
Pergerakan cairan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

5.     Hormon kontrol/pengendali
Tiga macam hormon yang memegang peranan penting dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu :
§  Anti Diuretik Hormon (ADH)
Diproduksi pada hipotalamus, disimpan dan dikeluarkan oleh kelenjar pituitari posterior, bekerja terhadap tubulus renalis guna menahan air dan mengurangi output urine
§  Aldosteron
Disekresi oleh adrenal korteks, bekerja terhadap tubulus renalis guna reabsorpsi sodium (=kalium) dan ekskresi potassium (=natrium) serta meningkatkan volume sirkulasi dengan reabsorpsi air bersama sodium
§  Parathormone
Dihasilkan oleh kelenjar paratiroid, melancarkan absorpsi kalsium dari intestinal, melancarkan pelepasan kalsium dari tulang serta meningkatkan ekskresi ion-ion phospat oleh ginjal.


Keseimbangan cairan

ü  Adalah keseimbangan antara intake dan output
ü  Pemasukan cairan pada orang dewasa antara 1500 ml – 3500 ml
ü  Pengaturan pemasukan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus
ü  Yang menstriger munculnya rasa haus adalah adanya dehidrasi sel, kehilangan angiotensin II pada cairan tubuh, perdarahan dan rendahnya cardiac output
ü  Pengeluaran cairan pada orang dewasa adalah ± 2300 ml/hari
ü  Organ utama yang mengeluarkan cairan adalah ginjal, yaitu 1500 ml perhari pada orang dewasa
ü  3 (tiga) cara pengeluaran cairan adalah :
o    Insensibel Water Loss (IWL) yaitu penguapan melalui paru-paru
o    Noticcabel Water Loss (NWL) yaitu melalui kulit dan keringat
o    Kehilangan cairan melalui feses à sangat sedikit
ü  Obligatory Loss adalah kehilangan cairan yang harus terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh, misalnya melalui keringat
ü  Mekanisme homeostasis cairan diatur oleh seluruh organ di dalam tubuh yaitu : ginjal, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, GI track/saluran pencernaan
ü  Larutan yang berhubungan dengan osmolalitas yang normal adalah dengan cara :
o    Isotonis à osmolalitas sama dengan cairan tubuh
o    Hipotonis à di bawah osmolalitas cairan tubuh
o    Hipertonis à osmolalitas di atas cairan tubuh


Mekanisme kompensasi untuk mempertahankan sirkulasi
Mekanisme I :
1.     Berkurangnya cairan intravaskuler, meningkatkan tekanan osmotik koloid plasma
2.     Cairan interstitial kembali ke dalam pembuluh darah guna menyamakan tekanan (Hukum Starling dari kapiler-kapiler)
3.     Volume darah meningkat
Mekanisme II :
1.     Arus darah ke ginjal berkurang karena penurunan volume darah
2.     aldosteron di keluarkan dari korteks adrenal menyebabkan retensi sodium dan ekskresi potassium
3.     Retensi sodium meningkatkan reabsorpsi air karena dampak osmolalitas
4.     ekskresi urine menjadi berkurang dan cairan ekstrasel meningkat
5.     volume darah meningkat


Keseimbangan elektrolit

Elektrolit terbanyak dalam tubuh adalah :
ü  Kation à sodium, potassium, kalsium
ü  Anion à chlorida

Sodium :
·         Konsentrasi normal sodium diatur oleh ADH (Anti Diueretik Hormon) dan Aldosteron à diekstrasel
·         Sodium tidak hanya bergerak ke dalam dan keluar tubuh, tetapi juga bergerak di antara 3 (tiga) kompartemen cairan
·         Fungsi utama sodium adalah membantu mempertahankan keseimbangan cairan, terutama intrasel dan ekstrasel dengan sistem “ pompa sodium – potassium “

Potassium :
·         Potassium adalah kation utama di dalam cairan intrasel
·         Sumber potassium adalah pisang, brokoli, jeruk dan kentang
·         Keseimbangan potassium diatur oleh ginjal dengan cara :
Perubahan/pergantian dengan ion sodium di tubulus ginjal dan sekresi aldosteron
Sistem feed back aldosteron – potassium bekerja pada 3 (tiga) tahap, yaitu :
o    Peningkatan konsentrasi ion potassium pada cairan ekstrasel yang disebabkan meningkatnya produksi aldosteron
o    Peningkatan kadar aldosteron meningkatkan jumlah ekskresi potassium oleh ginjal
o    Ekskresi potassium naik menyebabkan potassium ekstrasel turun
·         Seperti elektrolit lain, potassium bergerak juga secara terus-menerus dari ekstrasel ke intrasel
·         Fungsinya sebagai relaksasi otot

Calsium :
  • Makanan sumber calsium adalah susu dan produknya
  • Fungsi calsium adalah :
o    Pembentukan tulang
o    Transmisi impuls-impuls syaraf
o    Kontraksi otot
o    Pembekuan darah
o    Aktifitas enzim tertentu

Chlorida :
  • Termasuk anion besar pada cairan ekstrasel
  • Konsentrasinya diatur oleh kelenjar paratiroid
  • Fungsinya adalah mempertahankan tekanan osmotik darah

Magnesium :
  • Seperti calsium, magnesium juga diatur oleh kelenjar paratiroid
  • Diabsorpsi dari intestinal


Keseimbangan asam – basa

ü  Kadar/derajat keasaman dan basa cairan digambarkan oleh konsentrasi ion Hidrogen (H+) dan ion Hidroksil (OH-)
ü  Asam adalah substansi yang berisi ion Hidrogen yang dapat dibebaskan
ü  Basa adalah substansi yang dapat menerima ion Hidrogen
ü  Satuan pengukuran yang digunakan untuk menggambarkan kesimbangan asam – basa adalah “ pH “
ü  Rentang pH berkisar antara 1 – 14. Netral adalah 7, contohnya air murni
ü  Ion Hidrogen naik maka larutannya asam (pH < 7)
ü  Ion Hidroksil naik maka larutannya basa (pH > 7), contohnya sekresi pankreas
ü  Plasma darah normalnya bersifat basa ringan dengan pH 7,35 – 7,45
ü  Asidosis adalah kondisi yang ditandai dengan kelebihan proporsi ion Hidrogen dalam cairan ekstrasel dan pH < 7,35 à asam
ü  Alkalosis adalah kondisi yang ditandai dengan kekurangan ion Hidrogen (H+) di dalam plasma darah dan pH >7,45 à basa
ü  Untuk mempertahankan pH normal, ion Hidrogen diatur oleh : sistem buffer, mekanisme pernafasan dan mekanisme renal



Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam –basa

Ketidakseimbangan cairan

Terjadi bila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan homeostasis, yang dapat terjadi adalah :
1.     Fluid Volume Defisit (FVD)
ü  Adalah defisiensi jumlah cairan dan elektrolit pada cairan ektrasel, tetapi proporsi antara air dan elektrolit mendekati normal
ü  Dikenal juga dengan Hypovolemia
ü  Tejadi perubahan tekanan osmotik sehingga cairan interstitial masuk ke ruang intravaskuler dan ruang interstitial kosong mengakibatkan cairan intrasel masuk keruang interstitial sehingga kehidupan sel terganggu

2.     Fluid Volume Excess (FVE)
ü  Adalah kelebihan retensi air dan sodium pada cairan ekstrasel
ü  Disebut juga sebagai hypervolemia
ü  Penyebab terbanyak adalah malfungsi ginjal
ü  Kelebihan cairan ekstrasel dapat ditimbun di jaringan yang dikenal dengan edema/oedema/udem. Sering terjadi pada jari, mata dan pergelangan kaki
ü  Edema terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler, penurunan tekanan onkotik dalam kapiler, penurunan tekanan osmotik serta penigkatan tekanan onkotik di dalam interstitium


Ketidakseimbangan Elektrolit

1.     Hyponatremia dan Hypernatremia
ü  Hyponatremia adalah kekurangan sodium pada cairan ekstrasel yaitu terjadi perubahan tekanan osmotik sehingga cairan bergerak dari ekstrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak, merupakan akibat lain dari hyponatremia
Bila sodium hilang dari cairan tubuh, maka cairan menjadi hipotonis, dapat menyebabkan cairan dari darah berdifusi ke ruang interstitial. Respon penurunan konsentrasi sodium pada cairan ekstraseluler dan potassium keluar dari cairan intraseluler akan menyebabkan ketidakseimbangan kedua-duanya.
Kekurangan sodium dapat disebabkan oleh kehilangan sekresi dari gastrointertinal, berkeringat luar biasa, atau luka bakar sedang-berat.

ü  Hypernatremia adalah kelebihan sodium pada cairan ekstrasel sehingga tekanan osmotik ekstrasel meningkat, mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel akan mengalami dehidrasi.
Bila terjadi kelebihan sodium dan air maka akan terjadi edema, sedangkan apabila terjadi kelebihan sodium tanpa dibarengi dengan kelebihan air maka yang terjadi mutlak hipernatremia.
Kelebihan sodium dapat disebabkan oleh tubuh lebih banyak kehilangan air daripada sodium, kebanyakan intake sodium, terlalu banyak makan tablet garam, infus NaCl terlalu cepat dengan gejala : selaput lendir kering dan lengket, output urine sedikit, turgor keras seperti karet, kegelisahan mental, takhikardia dan kematian.

2.     Hypokalemia dan Hyperkalemia
ü  Hypokalemia adalah kekurangan kadar potassium dalam cairan ekstrasel sehingga potassium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel, maka terjadi gangguan/perubahan pH plasma
Jaringan otot dan jantung adalah organ yang pertama menunjukkan gejala defisiensi potassium à kelemahan otot
Penyebab hipokalemia adalah intake potassium kurang, peningkatan kehilangan potassium, terlalu banyak output urine, pengobatan asidosis dan alkalosis metabolik dengan gejala kelemahan otot, anoreksia, mual/muntah, refleks tendon hilang, aritmia jantung, perubahan EKG, paralise, kerusakan ginjal, ileus paralitik bahkan kardiac arrest.

ü  Hyperkalemia adalah kelebihan potassium pada cairan ekstrasel. Kasusnya sangat jarang walaupun ada, akan membahayakan karena transmisi impuls jantung akan terhambat yang menyebabkan Cardiac arrest
Penyebab hiperkalsemia adalah intake potassium yang melebihi kemampuan ginjal untuk mensekresi, kegagalan renal, insufisiensi renal, potassium masuk ke dalam aliran darah dari sel-sel yang cedera/trauma berat dan asidosis metabolik dengan gejala mual/muntah, diare, kolik, aritmia kardiak, perubahan EKG, hilang perasaan, palpitasi cordis, peristaltik lemah, anuria bahkan kardiak arrest.
Kelebihan potassium yang lama menimbulkan gejala-gejala serupa dengan hipokalemia.

3.     Hypokalsemia dan Hyperkalsemia
ü  Hypokalsemia menunjukkan kekurangan kalsium pada cairan ekstrasel sehingga kalsium akan di suplai dari tulang dan bila berlangsung lama akan terjadi osteomalasia
Penyebab hipokalsemia adalah kelebihan ion kalsium, diit kurang kalsium, kegagalan renal kronis, penyakit pankreas, penyakit usus halus, drainase fistula intestinal, defisiensi hormon paratiroid atau vitamin D, peningkatan magnesium dengan gejala osteoporesis, fraktur patologi, berdenyut-denyut/kedutan di seputar hidung, telinga, jari tangan dan kaki, spasmus telapak kaki dan tangan, kejang-kejang, mual/muntah, diare, aritmia bahkan kardiak arrest

ü  Hyperkalsemia adalah kelebihan kalsium pada cairan ekstrasel yang disebabkan oleh kehilangan dari tulang seperti immobilisasi, kanker tulang metastase dan myeloma multiple. Dapat juga disebabkan oleh kebanyakan intake kalsium, mengkomsumsi antasid terlalu banyak, peningkatan hormon tiroid dan peningkatan vitamin D. gejala yang timbul seperti haus, poliuria, refleks tendon berkurang, batu ginjal, lemah, coma, tonus otot menurun, motilitas gastrointestinal menurun bahkan terjadi kardiak aritmia.

4.     Hypomagnesemia dan Hypermagnesemia
ü  Magnesium berfungsi untuk mengaktifkan reaksi-reaksi enzim, terutama dalam metabolisme karbohidrat dan berkhasiat sedatif terhadap SSP sama seperti kalsium.

ü  Hipomagnesemia adalah bila kadar magnesium di dalam darah berada pada 1,5 mEq/l, yang dapat terjadi akibat absorpsi yang terganggu dari saluran GI, banyak kehilangan melalui ginjal atau malnutrisi yang lama/kelaparan, diare, poliuria  ; dengan gejala perubahan mental seperti agitasi, depresi dan bingung, parastesi, tremor, ataksia, kejang/spasmus, takhikardia, hipotensi dan aritmia




ü  Hypermagnesemia adalah bila kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/l. Jarang terjadi kecuali bila terdapat kegagalan ginjal.
Penyebabnya adalah kegagalan ginjal dan ketoasidosis diabetes dengan banyak kehilangan air dengan gejala hipotensi, vasodilatasi (panas, haus, mual/muntah), kehilangan refleks tendon, depresi respiratori, bila berlangsung lama dapat timbul koma dan cardiac arrest


Ketidakseimbangan asam – basa

Sel-sel sensitif terhadap perubahan pH (konsentrasi ion Hidrogen) dari cairan tubuh. Mempertahankan stabilitas pH dari cairan tubuh sangat esensial untuk hidup. Cairan tubuh yang normal adalah sedikit basa (pH 7,35 – 7,45) dan dipertahankan dalam kondisi yang relatif stabil oleh sistem buffer yang ada di dalam tubuh.

Buffer adalah bahan yang dapat bekerja sebagai reaksi kimia, yang dapat menarik dan melepaskan ion-ion hidrogen sehingga pH relatif dapat stabil. Sistem-sistem buffer yang utama dalam tubuh dari cairan ekstraseluler adalah hemoglobin, protein, sistem karbonik acid-bikarbonat. Yang terakhir merupakan yang penting secara klinis.

q  Dapat dikaji dengan menggunakan test laboratorium dari plasma
q  Tekanan partial CO2 = PCO2
q  Tekanan partial O2 = PO2
q  Bila PCO2 meningkat maka asam karbonat akan meningkat à disebut Asidosis
CO2 + H2O à H2CO3 (dan sebaliknya Alkalosis)
q  Pengukuran pH PCO2 dan PO2 menggunakan darah arteri yang dikenal dengan pemeriksaan AGDA (Analisa Gas Darah Arteri = GDA/Gas Darah Arteri)
q  Ketidakseimbangan asam – basa terjadi bila perbandingan antara asam karbonat dan bicarbonat menjadi tidak proporsional
q  Gangguannya dikenal sebagai :
o    Asidosis à Respiratorik dan Metabolik
o    Alkalosis à Respiratorik dan Metabolik

q  Skema Asidosis Respiratorik

Karena exhalasi CO2 dihambat


Menyebabkan kelebihan CO2


Penyebab utama adalah hypoventilasi


Depresi SSP                               Penyakit Obs.
                                                      Paru


Morphin                                     Asthma
Anastesia                                  Empisema


Kompensasi dilakukan oleh ginjal antara lain :
·         Meningkatkan pengeluaran hidrogen
·         Mempertahankan bicarbonat




Penyebab :
Kerusakan pusat pernafasan pada medula, kerusakan pusat respiratori oleh obat-obatan (narkotik), obstruksi saluran nafas (atelektase, pneumotorak, empisema), kelemahan otot pernafasan

Tanda-tanda klinis :
·         Sedikit exhalasi, nafas dangkal, pernafasan terganggu menyebabkan hypoventilasi
·         Adanya tanda-tanda depresi SSP, gangguan kesadaran dan disorientasi
·         Plasma (pH) < 7,35 ; Urine (pH) < 6
·         PCO2 tinggi (di atas 45 mmHg)

q  Skema Asidosis Metabolik



Bicarbonat turun                  Asam carbonat naik


Karena diare                        Kelaparan
                                          Diabetes Melitus
                                          Gangguan fs. Ginjal



                  Usaha kompensasi


Ginjal :                                Paru-paru :
Menahan bicarbonat             Meningkatkan
Mengeluarkan hidrogen        pengeluaran CO2
                                          dengan nafas cepat
                                          dan dalam

penyebab :
peningkatan produksi asam (ketoasidosis, asidosis uremia, asidosis laktat), peningkatan makanan yang mengandung asam salisilat, etanol dan etilen glikol, kehilangan bicarbonat(diare kronis, fistula intestinal)

Tanda dan gejala :
·         Pernafasan Kusmaul (cepat dan dalam)
·         Kelelahan
·         Disorientasi
·         Coma
·         pH  plasma rendah
·         PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
·         Bicarbonat rendah
o    Anak di bawah 20 meq/l
o    Dewasa di bawah 21 meq/l

Skema Alkalosis Respiratorik


Karena exhalasi CO2 berlebihan


Terjadi defisit asam carbonic


Disebabkan karena : demam, cemas, infeksi paru


Kompensasi : ginjal berusaha meningkatkan sekresi bicarbonat dan menahan hidrogen


Penyebab :
Sindrom hiperventilasi (disebabkan oleh cemas, histeri), hiperventilasi (demam, hipoksia, gangguan pulmonari, lesi syaraf pusat, kelebihan pemberian ventilasi)

q  Skema Alkalosis Metabolik


Karena kelebihan bicarbonat
o    Kelebihan in take
o    Muntah yang terus menerus


Tubuh kehilangan ion H+


Kompensasi :
o    Pernafasan lambat dan dangkal
o    Muncul periode tidak bernafas/apnoe



Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
1.     Usia
Infant :
v  Banyak intake dan banyak output
v  Karena metabolisme yang tinggi
v  Masalah yang muncul karena immaturitas ginjal
v  Pengeluaran melalui ginjal, paru-paru dan penguapan

Lansia :
v  Gangguan dihubungkan dengan masalah ginjal dan jantung karena ginjal tidak mampu mengatur konsentrasi ginjal

2.     Temperature lingkungan
v  Lingkungan yang panas menstimulasi sistem syaraf simpatis yang menyebabkan orang berkeringat
v  Pada cuaca panas seseorang akan kehilangan 700 – 2000 ml air/jam dan 15 – 30 gr garam/hari

3.     Diet
v  Diet akan mempengaruhi intake cairan  dan elektrolit
v  Intake nutrisi yang tidak adekuat mempengaruhi serum albumin, sehingga albumin menurun menyebabkan cairan interstitial tidak ke pembuluh darah, tapi tertahan menyebabkan odema
4.     Situasi stress
v  Situasi stress mempengaruhi metabolisme sel, konsentrasi glukosa darah dan glikolisis otot
v  Stress dapat juga mencetuskan munculnya Anti Diuretik Hormon (ADH) sehingga produksi urine menurun

5.     Keadaan sakit
v  Luka bakar
v  Gagal ginjal
v  Payah jantung



ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


PENGKAJIAN


Perawat harus mengenal dengan baik gejala-gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, karena gejala-gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sangat mudah berubah. Sebab itu perawat harus peka terhadap kemungkinan gejala kambuh seperti orang-orang berikut :
1.     Mempunyai penyakit yang biasanya mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit
2.     Akibat pengobatan medikal dan bedah yang menyebabkan terganggunya keseimbangan 
3.     Sangat membatasi intake makanan dan cairan
4.     Kehilangan cairan tubuh klien

Pengkajian keperawatan ditujukan/difokuskan pada :
1.     Pola intake
Gambarkan/uraikan jumlah dan tipe cairan yang biasanya dikonsumsi

2.     Pola eliminasi
§  Gambarkan kebiasaan berkemih
§  Apakah ada perubahan baik dalam jumlah maupun frekwensi
§  Bagaimana karakteristik urine
§  Apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan ; bila ya, melalui apa ?
o    Muntah
o    Diare
o    Keringatan

3.     Evaluasi status hidrasi klien
  • Apakah ada tanda-tanda : edema, rasa haus yang berlebihan dan membran mukosa kering

4.     Apakah klien sedang dalam proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan, misalnya Diabetes Melitus, kanker, luka bakar, dsb.

5.     Riwayat pengobatan yang dapat mengancam gangguan keseimbangan cairan, misalnya steroid, diuretik, dialisis, dsb.


Data yang membantu pengkajian keseimbangan cairan dan eletrolit :
-          Perubahan status mental
Mudah tersinggung, gelisah, bingung, letargi, terjadi akibat kelebihan potassium/sodium, defisit/kelebihan sodium/kalsium, kelebihan cairan hipotonis, defisit cairan isotonis

-          Kepala/leher
Kering, selaput lendir lengket, odema wajah, distensi vena jugularis, terjadi akibat kelebihan sodium, kelebihan cairan isotonis.
Haus, selaput lendir kering, terdapat garis-garis longitudinal pada lidah ,terjadi akibat defisit cairan isotonis.
Vena pada leher kempis pada waktu terlentang, terjadi akibat defisit cairan isotonis.

-          Temperatur
Meningkat, terjadi akibat kehilangan air dan kelebihan sodium.
Menurun, terjadi akibat kelebihan cairan.

-          Gastrointestinal
Tidak ada bising usus (ileus paralitik), anoreksia, mual, muntah, terjadi akibat defisit potassium, kelebihan/defisit cairan, kelebihan kalsium.

-          Sirkulasi
Tekanan darah meningkat, terjadi akibat peningkatan volume sirkulasi, defisit magnesium.
Tekanan darah turun, terjadi akibat volume sirkulatori menurun, kelebihan magnesium.
Peningkatan nadi dan pengisian vena lambat, terjadi akibat kelebihan/defisit potassium, defisit cairan isotonis.
Denyut nadi cepat, terjadi akibat peningkatan volume sirkulatori.
Nadi lemah dan tidak teratur, Aritmia kardiak, terjadi akibat peningkatan/penurunan potassium/natrium.

-          Respiratori
Dispnoe, ortopnoe, bunyi nafas basah, terjadi akibat kelebihan cairan isoronis.
Kecepatan pernafasan menurun, terjadi akibat kelebihan magnesium.

-          Kulit
Pucat, ekstremitas dingin (tanpa edema), terjadi akibat penurunan volume sirkulasi.
Turgor jelek (ditesr diatas sternum), terjadi akibat kekurangan cairan/kelebihan sodium.
Lipatan paha dan ketiak kering, terjadi akibat kekurangan cairan isotonis.
Kulit merah dan kering, terjadi akibat kelebihan sodium.

-          Neuromuskular
Mati rasa (baal), kesemutan disekitar mulut, jari tangan dan jari kaki, terjadi akibat defisit kalsium.
Peningkatan iritabilitas dan spasmus otot, terjadi akibat defisit kalsium.
Kelemahan otot dan paralise, terjadi akibat defisit potassium/natrium.
Tonus otot berkurang dan penurunan refleks tendon, kejang abdominal, terjadi akibat defisit potassium, defisit magnesium.


Pemeriksaan fisik

Parameter yang dapat mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
1.     Intake dan output cairan tidak seimbang
2.     Volume dan konsentrasi urine
3.     Turgor kulit
4.     Berat badan turun dengan tiba-tiba
5.     Temperatur tubuh yang sangat tinggi
6.     Edema
7.     Vital sign yang abnormal
8.     Nilai Central Venous Pressure (CVP) yang abnormal


Pemeriksaan laboratorium

1.     Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah merah, Hb/Haemoglobin, Ht/Haematokrit, dsb)
§  Ht naik à adanya dehidrasi berat dan syok
§  Ht turun à adanya perdarahan akut, masif, reaksi hemolitik
§  Hb naik à hemokonsentrasi
§  Hb turun à adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik

2.     Pemeriksaan serum elektrolit
  • Sodium
  • Potassium
  • Chlorida
  • Ion bicarbonat

3.     pH dan berat jenis urine
Berat jenis urine menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine

4.     Analisa Gas Darah Arteri (AGDA)
  • Untuk mengetahui keadekuatan oksigenasi, ventilasi dan asam – basa
  • Biasanya diperiksa pH, PO2, HCO3-, PCO2 dan saturasi O2
  • PCO2 normal = 35 – 40 mmHg
  • PO2 normal = 80 – 100 mmHg
  • HCO3- normal = 25 – 29 Meq/lt
  • Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen di dalam darah dengan jumlah oksigen yang dapat di bawa darah ; normalnya = 95% - 98% pada arteri dan 60% - 85% pada vena


Nilai Gas Darah Normal (Pemantauan Perawatan Kritis) :
Gas Darah
Arteri
Vena
pH
7,35 – 7,45
7,35 – 7,45
PCO2
35 – 45 mmHg
45 – 50 mmHg
HCO3
22 – 26 mEq/l
22 – 26 mEq/l
PO2
80 – 100 mmHg
40 – 50 mmHg
Saturasi O2
95% - 100%
75% - 80%
BE (Base Exess)
/kelebihan basa
-2,5 - +2,5 mEq/l
0 - +4 mEq/l

Interpretasi

Ø  Asidosis
§  CO2 naik : CO2 + H2O ----> H2CO3
§  HCO2- turun ----> HCO3 bersifat basa

Ø  Alkalosis
§  CO2 turun ----> tidak terbentuk asam karbonat
§  HCO3- naik ----> kadar basa naik

Dalam ketidakseimbangan asam – basa karena respiratorik, nilai pH dan PCO2 yang abnormal akan sebaliknya.

Bila metabolik, nilai pH dan HCO3- keduanya meningkat atau rendah.

Keadaan
pH
PCO2
HCO3-
Asidosis respiratorik
Turun
Naik
Normal
Asidosis metabolik
Turun
Normal
Turun
Alkalosis respiratorik
Naik
Turun
Normal
Alkalosis metabolik
Naik
Normal
Naik

Contoh lain :
Ø  pH 7,25 gr% berarti rendah
Ø  PCO2 31 berarti rendah
Ø  HCO3- 12 berarti rendah

Analisa :
Terjadi asidosis metabolik karena pH dan HCO3- keduanya rendah. PO2 rendah menandakan adanya usaha kompensasi tubuh melalui paru-paru untuk mengeluarkan CO2.



DIAGNOSA KEPERAWATAN


Lingkup diagnosa utama meliputi :
Ø  Perubahan volume cairan : kelebihan
Ø  Perubahan volume cairan : resiko kekurangan
Ø  Perubahan volume cairan : aktual kekurangan

Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain :
1.     Intoleransi aktifitas berhubungan dengan dispnea dan ekskresi yang berlebihan
2.     Cemas berhubungan dengan edema paru
3.     Tidak efektifnya pola pernafasan berhubungan dengan mekanisme kompensasi paru
4.     Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penumpukan cairan di bawah jaringan kulit atau dalam ekstrasel
5.     Berkurangnya cardiac output berhubungan dengan berkurangnya volume cairan
6.     Resiko injuri berhubungan dengan  iritabilitas neorumuskular
7.     Kurang pengetahuan tentang efek penggunaan alkohol, diuretik, laksatif dan edema
8.     Perubahan membran mukosa mulut berhubungan dengan dehidrasi
9.     Gangguan integritas tubuh berhubungan dengan dehidrasi, edema
10.  Perubahan proses pikir berhubungan dengan edema cerebri
11.  Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya cardiac output
12.  Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan berkurangnya perfusi ginjal sekunder terhadap berkurangnya volume plasma


PERENCANAAN / PLANNING


Tujuan ,  klien akan :
1.     Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
2.     Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
3.     Menunjukkan perilaku yang dapat meningkatkan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam – basa
4.     Mempertahankan intake cairan dan elektrolit yang adekuat


Rencana tindakan / Intervensi

Mencegah terjadinya ketidakseimbangan cairan, meliputi :
ü  Kenali kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupan yang dapat mengarah kepada masalah ketidakseimbangan cairan
ü  Catat intake makanan dan cairan klien
ü  Observasi dan catat apakah klien mengalami rasa haus yang berlebihan
ü  Hati-hati terhadap adanya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan dan usahakan untuk mencegah kehilangan tersebut bila mungkin, misalnya : diare, muntah, pengeluaran urine yang berlebihan
ü  Perhatikan program pengobatan yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
ü  Memperhatikan kondisi yang dapat mencetuskan efek destruktif pada tubuh, misalnya : trauma, luka bakar, prosedur pembedahan
ü  Ajarkan klien untuk mengobservasi dan melaporkan adanya gejala-gejala ketidakseimbangan cairan, misalnya kenaikan dan penurunan berat badan yang cepat, kelemahan otot, perubahan sensasi kulit
Monitoring intake dan output cairan, meliputi :
ü  Monitoring intake dan output cairan ditujukan pada klien :
o    Post operatif
o    Yang mendapat Total Parenteral Nutrition (TPN) dan terapi intravena
o    Yang terpasang kateter urine
o    Yang dibatasi intake cairannya
o    Yang mengalami kehilangan cairan yang berlebihan dan perlu mendapat tambahan intake cairan
o    Yang mendapat terapi diuretik
ü  Unit/satuan pengukuran yang digunakan adalah ml atau cc
ü  Pengukuran intake biasanya menggunakan ukuran rumah tangga, misalnya : 1 gelas air minum = 200 cc
ü  Pencatatan dan pelaporan intake dan output cairan dilakukan pershift (pagi, sore, malam)
ü  Bagi klien yang mendapat terapi intravena, pencatatan harus lebih spesifik

Pemberian cairan dan elektrolit peroral , meliputi :
ü  Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada klien-klien tertentum misalnya klien dengan DHF, klien dengan dehidrasi ringan
ü  Penambahan intake cairan biasanya di atas 3000 cc perhari
ü  Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan atau minuman
ü  Peran perawat adalah membantu memberikan daftar makanan yang mengandung banyak elektrolit tertentu
ü  Yang biasanya membutuhkan tambahan elektrolit adalah masa kehamilan dan pertumbuhan cepat

Pemberian terapi intravena, meliputi :
ü  Pemberian terapi intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan ekstrasel secara langsung
ü  Pemberian infus diprogramkan oleh dokter
ü  Tanggung jawab perawat adalah memberikan dan mensukseskan terapi tersebut
ü  Tujuan terapi intravena adalah :
o    Memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat
o    Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit
o    Menyediakan glukosa untuk energi dalam proses metabolisme
o    Memberikan vitamin yang larut dalam air
o    Membuat saluran/aliran dalam memasukkan obat-obatan melalui vena
ü  Jenis cairan intravena yang biasanya digunakan, antara lain :
o    Larutan nutrien
Berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya :
§  Dextrose/glukosa 5% (setiap 1 liter mengandung 170 – 200 kalori) dan 10%
§  5% glukosa in water (D5W)
§  glukosa dalam salin (3,3% glukosa dalam 0,3% NaCl)
Berisi asam amino, misalnya : Amigen, Aminosol, Travamin
Berisi lemak, misalnya : Lipomul, Lyposyn

o    Larutan elektrolit
§  Antara lain adalah larutan salin baik isotonik, hypotonik atau hypertonik
§  Yang terbanyak digunakan adalah normal salin (isotonik) yaitu NaCl 0,9%
§  Contoh larutan elektrolit lainnya : Cairan Ringer (Na+, K+, Cl-, Ca2+), Cairan Ringer Laktat (Na+, K+, Cl-, Ca2+, HCO3-)

o    Cairan asam – basa
§  Contohnya Sodium laktat dan Sodium bikarbonat
§  Laktat adalah garam yang dapat mengikat ion H+ dari cairan sehingga mengurangi keasaman


o    Blood Volume Expanders
§  Berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma, misalnya pada klien dalam keadaan luka bakar berat, hemorragic
§  Blood volume expanders yang umumnya digunakan adalah Dextran, Plasma, Serum albumin
§  Blood Volume Expanders bekerja meningkatkan tekanan osmotik darah
ü  Untuk pemasangan infus dalam waktu lama yang pertama harus digunakan adalah vena bagian distal


Intervensi keperawatan pada klien yang terpasang infus
1.     Mempertahankan infus intravena
§  Terhadap klien dengan pendidikan kesehatan
§  Terhadap daerah pemasangan
2.     Memenuhi rasa nyaman dan bantuan aktifitas
§  Memenuhi personal hygiene
§  Membantu mobilitas, seperti turun dari tempat tidur, berjalan dan sebagainya
3.     observasi komplikasi yang mungkin terjadi seperti :
§  infiltrat (masuknya cairan ke subkutan), gejalanya bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat
§  Plebitis (trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia) gejalanya nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan
§  Kelebihan intake cairan akibat tetesan infus yang terlalu cepat
4.     Mengatur tetesan infus à dilakukan setiap 30 mnt sampai 1 jam sesuai indikasi terapi
5.     Mengganti botol infus à dilakukan jika cairan sudah berada di leher botol dan tetesan masih berjalan
6.     Mengganti selang infus à minimal 3 x 24 jam
7.     Menghentikan infus à dilakukan   bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru


Transfusi Darah
Adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah ke dalam sirkulasi vena.

Tujuan :
-          Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan berat/hebat/masif
-          Mengembalikan sel darah merah, misalnya pada anemia berat
-          Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik

Reaksi-reaksi transfusi :
-          Hemofilik
Terjadi apabila aglutinogen dengan anti-aglutinin dengan tipe sama bertemu
-          Febris
Karena adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas sel darah putih
-          Reaksi alergi
Jarang terjadi dan biasanya karena adanya antibody pada plasma donor

Resiko transfusi yang utama adalah transmisi penyakit, seperti penyakit sifilis, malaria, hepatitis, AIDS, dsb.


EVALUASI
1.     Output urine klien seimbang dengan intake cairan
2.     Karakteristik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik
3.     Klien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (peroral, terapi intravena)




Referensi buku :
Amstrong, B. Frank, 1995, Buku Ajar Biokimia, Edisi 3, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Guyton, C. Arthur, 1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Cetakan IV, EGC, Jakarta.
Hudak, M. Carolyn and Gallo, M. Barbara,1996,  Keperawatan Kritis : pendekatan holistik, Edisi VI, Volume II, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Long, C. Barbara, 1996, Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan, Jilid 2, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung.
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Cetakan I, Media Aeskulapius FK – UI, Jakarta.
Owen, Anna, 1997, Pemantauan Perawatan Kritis, Cetakan I, EGC, Jakarta.

Price, A. Sylvia and Wilson, M. Loraine, 1995, Patofisiologi, Edisi IV, Buku I dan II, Cetakan I, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar