KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
By : Ns. Fhirawati, S.Kep
KONSEP DASAR (Review)
Asuhan keperawatan dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dari klien merupakan tanggung jawab yang
besar dari perawat. Sebab itu, dalam diktat ini penulis mencoba menguraikan
sebagian informasi tentang cairan dan elektrolit-elektrolit di dalam tubuh
manusia, sebab-sebab dan efek ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta
membuat rencana asuhan keperawatan klien dengan masalah tersebut di bagian akhir
dari diktat ini untuk mencegah, mengenal dan mengurangi ketidakseimbangan dan
mengurangi ketidaknyamanan.
Mekanisme dasar keseimbangan cairan dan elektrolit
Persentase yang besar dari berat badan adalah
terdiri dari air yang mengandung partikel-partikel bahan organis dan anorganis
yang bital bagi kehidupan manusia. Diperkirakan 75% berat badan bayi terdiri
dari air sedangkan pada orang dewasa laki-laki 60% dan wanita 50%. Persentase
berat badan yang terdiri dari air lambat laun akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
Cairan tubuh terus-menerus berkurang dan harus
diganti demi kelangsungan proses-proses yang normal. Tubuh menerima air dari
makanan dan cairan yang masuk serta dari metabolisme bahan makanan dan dari
jaringan tubuh. Makanan padat seperti daging dan sayuran mengandung air 60 –
90%. Perlu dicatat bahwa pergantian air sama dengan jumlah kehilangan dalam
sehari (intake = output). Angka tersebut merupakan panduan untuk menentukan
keseimbangan cairan yang normal dan merupakan penekanan bahwa pencatatan intake
dan output cairan dari klien memerlukan ketelitian.
Distribusi
cairan tubuh
Kompartemen
|
%
|
Cairan
|
Keterangan
|
Intraseluler
|
66
|
Intrasel
(CIS)
|
Cairan
di dalam sel
|
Ekstraseluler
|
34
|
Ekstrasel
(CES)
|
Cairan
di luar sel
|
Intravaskuler
|
7
|
Plasma
|
Cairan
di dalam pembuluh darah
|
Interstitial
|
27
|
Getah
bening, CSF, keringat, urine, eksudat, dsb
|
Cairan
di dalam jaringan/diantara sel atau di dalam rongga tubuh
|
Sirkulasi
cairan dan elektrolit
Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam 3
fase, antara lain :
-
Plasma darah bergerak diseluruh tubuh dengan sistem sirkulasi.
Nutrien dan cairan diambil dari paru-paru dan
GI track.
-
Cairan interstitial dan komponen-komponennya bergerak diantara kapiler
darah dan sel.
-
Cairan dan substansi selanjutnya bergerak dari cairan interstitial ke
dalam sel.
Metode
pergerakan cairan
1. Difusi
Pergerakan larutan dari area yang konsentrasinya tinggi ke larutan yang
berkonsentrasi rendah, sampai terjadi keseimbangan.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh :
·
Ukuran molekul à molekul yang besar lebih lambat dibandingkan
molekul kecil
·
Konsentrasi larutan à semakin tinggi konsentrasi semakin cepat
bergerak
·
Temperatur à semakin tinggi temperatur larutan semakin
tinggi kecepatan difusi
2. Osmosa
Perubahan/pergerakan cairan dari larutan yang
konsentrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya tinggi dengan melalui
selaput permeabel sel.
Air bergerak guna melarutkan cairan yang
konsentrasinya lebih tinggi sampai terjadi equilibrium dari kedua sisi membran.
3. Transportasi aktif
·
Membutuhkan energi
·
Untuk mempertahankan konsentrasi ion sodium dan potassium pada
ekstrasel dan intrasel
·
Dikenal dengan “ pompa sodium – potassium “
4. Filtrasi
Pergerakan cairan dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah.
5. Hormon kontrol/pengendali
Tiga macam hormon yang memegang peranan penting
dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu :
§ Anti Diuretik Hormon (ADH)
Diproduksi pada hipotalamus, disimpan dan
dikeluarkan oleh kelenjar pituitari posterior, bekerja terhadap tubulus renalis
guna menahan air dan mengurangi output urine
§ Aldosteron
Disekresi oleh adrenal korteks, bekerja
terhadap tubulus renalis guna reabsorpsi sodium (=kalium) dan ekskresi
potassium (=natrium) serta meningkatkan volume sirkulasi dengan reabsorpsi air
bersama sodium
§ Parathormone
Dihasilkan oleh kelenjar paratiroid,
melancarkan absorpsi kalsium dari intestinal, melancarkan pelepasan kalsium
dari tulang serta meningkatkan ekskresi ion-ion phospat oleh ginjal.
Keseimbangan
cairan
ü Adalah keseimbangan antara intake dan output
ü Pemasukan cairan pada orang dewasa antara 1500
ml – 3500 ml
ü Pengaturan pemasukan cairan tubuh dilakukan
dengan mekanisme haus
ü Yang menstriger munculnya rasa haus adalah
adanya dehidrasi sel, kehilangan angiotensin II pada cairan tubuh, perdarahan
dan rendahnya cardiac output
ü Pengeluaran cairan pada orang dewasa adalah ±
2300 ml/hari
ü Organ utama yang mengeluarkan cairan adalah
ginjal, yaitu 1500 ml perhari pada orang dewasa
ü 3 (tiga) cara pengeluaran cairan adalah :
o Insensibel Water Loss (IWL) yaitu penguapan melalui
paru-paru
o Noticcabel Water Loss (NWL) yaitu melalui kulit
dan keringat
o Kehilangan cairan melalui feses à sangat sedikit
ü Obligatory Loss adalah kehilangan cairan yang
harus terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh, misalnya melalui
keringat
ü Mekanisme homeostasis cairan diatur oleh
seluruh organ di dalam tubuh yaitu : ginjal, sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem endokrin, GI track/saluran pencernaan
ü Larutan yang berhubungan dengan osmolalitas
yang normal adalah dengan cara :
o Isotonis à osmolalitas sama dengan cairan tubuh
o Hipotonis à di bawah osmolalitas cairan tubuh
o Hipertonis à osmolalitas di atas cairan tubuh
Mekanisme kompensasi untuk mempertahankan sirkulasi
Mekanisme I :
1. Berkurangnya cairan intravaskuler, meningkatkan
tekanan osmotik koloid plasma
2. Cairan interstitial kembali ke dalam pembuluh
darah guna menyamakan tekanan (Hukum Starling dari kapiler-kapiler)
3. Volume darah meningkat
Mekanisme II :
1. Arus darah ke ginjal berkurang karena penurunan
volume darah
2. aldosteron di keluarkan dari korteks adrenal
menyebabkan retensi sodium dan ekskresi potassium
3. Retensi sodium meningkatkan reabsorpsi air
karena dampak osmolalitas
4. ekskresi urine menjadi berkurang dan cairan
ekstrasel meningkat
5. volume darah meningkat
Keseimbangan
elektrolit
Elektrolit terbanyak dalam tubuh adalah :
ü Kation à sodium, potassium, kalsium
ü Anion à chlorida
Sodium :
·
Konsentrasi normal sodium diatur oleh ADH (Anti Diueretik Hormon) dan
Aldosteron à diekstrasel
·
Sodium tidak hanya bergerak ke dalam dan keluar tubuh, tetapi juga
bergerak di antara 3 (tiga) kompartemen cairan
·
Fungsi utama sodium adalah membantu mempertahankan keseimbangan cairan,
terutama intrasel dan ekstrasel dengan sistem “ pompa sodium – potassium “
Potassium :
·
Potassium adalah kation utama di dalam cairan intrasel
·
Sumber potassium adalah pisang, brokoli, jeruk dan kentang
·
Keseimbangan potassium diatur oleh ginjal dengan cara :
Perubahan/pergantian dengan ion sodium di
tubulus ginjal dan sekresi aldosteron
Sistem feed back aldosteron – potassium bekerja pada
3 (tiga) tahap, yaitu :
o Peningkatan konsentrasi ion potassium pada
cairan ekstrasel yang disebabkan meningkatnya produksi aldosteron
o Peningkatan kadar aldosteron meningkatkan
jumlah ekskresi potassium oleh ginjal
o Ekskresi potassium naik menyebabkan potassium
ekstrasel turun
·
Seperti elektrolit lain, potassium bergerak juga secara terus-menerus
dari ekstrasel ke intrasel
·
Fungsinya sebagai relaksasi otot
Calsium :
- Makanan sumber calsium adalah susu dan produknya
- Fungsi calsium adalah :
o Pembentukan tulang
o Transmisi impuls-impuls syaraf
o Kontraksi otot
o Pembekuan darah
o Aktifitas enzim tertentu
Chlorida :
- Termasuk anion besar pada cairan ekstrasel
- Konsentrasinya diatur oleh kelenjar paratiroid
- Fungsinya adalah mempertahankan tekanan osmotik darah
Magnesium :
- Seperti calsium, magnesium juga diatur oleh kelenjar paratiroid
- Diabsorpsi dari intestinal
Keseimbangan
asam – basa
ü Kadar/derajat keasaman dan basa cairan
digambarkan oleh konsentrasi ion Hidrogen (H+) dan ion Hidroksil (OH- )
ü Asam adalah substansi yang berisi ion Hidrogen
yang dapat dibebaskan
ü Basa adalah substansi yang dapat menerima ion
Hidrogen
ü Satuan pengukuran yang digunakan untuk
menggambarkan kesimbangan asam – basa adalah “ pH “
ü Rentang pH berkisar antara 1 – 14. Netral
adalah 7, contohnya air murni
ü Ion Hidrogen naik maka larutannya asam (pH <
7)
ü Ion Hidroksil naik maka larutannya basa (pH
> 7), contohnya sekresi pankreas
ü Plasma darah normalnya bersifat basa ringan
dengan pH 7,35 – 7,45
ü Asidosis adalah kondisi yang ditandai dengan
kelebihan proporsi ion Hidrogen dalam cairan ekstrasel dan pH < 7,35 à asam
ü Alkalosis adalah kondisi yang ditandai dengan
kekurangan ion Hidrogen (H+) di dalam plasma darah dan pH >7,45 à basa
ü Untuk mempertahankan pH normal, ion Hidrogen
diatur oleh : sistem buffer, mekanisme pernafasan dan mekanisme renal
Gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam –basa
Ketidakseimbangan
cairan
Terjadi bila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostasis, yang dapat terjadi adalah :
1. Fluid Volume Defisit (FVD)
ü Adalah defisiensi jumlah cairan dan elektrolit
pada cairan ektrasel, tetapi proporsi antara air dan elektrolit mendekati
normal
ü Dikenal juga dengan Hypovolemia
ü Tejadi perubahan tekanan osmotik sehingga
cairan interstitial masuk ke ruang intravaskuler dan ruang interstitial kosong
mengakibatkan cairan intrasel masuk keruang interstitial sehingga kehidupan sel
terganggu
2. Fluid Volume Excess (FVE)
ü Adalah kelebihan retensi air dan sodium pada
cairan ekstrasel
ü Disebut juga sebagai hypervolemia
ü Penyebab terbanyak adalah malfungsi ginjal
ü Kelebihan cairan ekstrasel dapat ditimbun di
jaringan yang dikenal dengan edema/oedema/udem. Sering terjadi pada
jari, mata dan pergelangan kaki
ü Edema terjadi karena peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler, penurunan tekanan onkotik dalam kapiler, penurunan
tekanan osmotik serta penigkatan tekanan onkotik di dalam interstitium
Ketidakseimbangan
Elektrolit
1. Hyponatremia dan Hypernatremia
ü Hyponatremia adalah kekurangan sodium pada
cairan ekstrasel yaitu terjadi perubahan tekanan osmotik sehingga cairan
bergerak dari ekstrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak, merupakan
akibat lain dari hyponatremia
Bila sodium hilang dari cairan tubuh, maka
cairan menjadi hipotonis, dapat menyebabkan cairan dari darah berdifusi ke ruang
interstitial. Respon penurunan konsentrasi sodium pada cairan ekstraseluler dan
potassium keluar dari cairan intraseluler akan menyebabkan ketidakseimbangan
kedua-duanya.
Kekurangan sodium dapat disebabkan oleh
kehilangan sekresi dari gastrointertinal, berkeringat luar biasa, atau luka
bakar sedang-berat.
ü Hypernatremia adalah kelebihan sodium pada
cairan ekstrasel sehingga tekanan osmotik ekstrasel meningkat, mengakibatkan
cairan intrasel keluar maka sel akan mengalami dehidrasi.
Bila terjadi kelebihan sodium dan air maka akan
terjadi edema, sedangkan apabila terjadi kelebihan sodium tanpa dibarengi
dengan kelebihan air maka yang terjadi mutlak hipernatremia.
Kelebihan sodium dapat disebabkan oleh tubuh
lebih banyak kehilangan air daripada sodium, kebanyakan intake sodium, terlalu
banyak makan tablet garam, infus NaCl terlalu cepat dengan gejala : selaput
lendir kering dan lengket, output urine sedikit, turgor keras seperti karet,
kegelisahan mental, takhikardia dan kematian.
2. Hypokalemia dan Hyperkalemia
ü Hypokalemia adalah kekurangan kadar potassium
dalam cairan ekstrasel sehingga potassium keluar dari sel mengakibatkan
hidrogen dan sodium ditahan oleh sel, maka terjadi gangguan/perubahan pH plasma
Jaringan otot dan jantung adalah organ yang pertama
menunjukkan gejala defisiensi potassium à kelemahan otot
Penyebab hipokalemia adalah intake potassium
kurang, peningkatan kehilangan potassium, terlalu banyak output urine,
pengobatan asidosis dan alkalosis metabolik dengan gejala kelemahan otot,
anoreksia, mual/muntah, refleks tendon hilang, aritmia jantung, perubahan EKG,
paralise, kerusakan ginjal, ileus paralitik bahkan kardiac arrest.
ü Hyperkalemia adalah kelebihan potassium pada
cairan ekstrasel. Kasusnya sangat jarang walaupun ada, akan membahayakan karena
transmisi impuls jantung akan terhambat yang menyebabkan Cardiac arrest
Penyebab hiperkalsemia adalah intake potassium
yang melebihi kemampuan ginjal untuk mensekresi, kegagalan renal, insufisiensi
renal, potassium masuk ke dalam aliran darah dari sel-sel yang cedera/trauma
berat dan asidosis metabolik dengan gejala mual/muntah, diare, kolik, aritmia
kardiak, perubahan EKG, hilang perasaan, palpitasi cordis, peristaltik lemah,
anuria bahkan kardiak arrest.
Kelebihan potassium yang lama menimbulkan gejala-gejala
serupa dengan hipokalemia.
3. Hypokalsemia dan Hyperkalsemia
ü Hypokalsemia menunjukkan kekurangan kalsium
pada cairan ekstrasel sehingga kalsium akan di suplai dari tulang dan bila
berlangsung lama akan terjadi osteomalasia
Penyebab hipokalsemia adalah kelebihan ion
kalsium, diit kurang kalsium, kegagalan renal kronis, penyakit pankreas,
penyakit usus halus, drainase fistula intestinal, defisiensi hormon paratiroid
atau vitamin D, peningkatan magnesium dengan gejala osteoporesis, fraktur
patologi, berdenyut-denyut/kedutan di seputar hidung, telinga, jari tangan dan
kaki, spasmus telapak kaki dan tangan, kejang-kejang, mual/muntah, diare,
aritmia bahkan kardiak arrest
ü Hyperkalsemia adalah kelebihan kalsium pada
cairan ekstrasel yang disebabkan oleh kehilangan dari tulang seperti
immobilisasi, kanker tulang metastase dan myeloma multiple. Dapat juga
disebabkan oleh kebanyakan intake kalsium, mengkomsumsi antasid terlalu banyak,
peningkatan hormon tiroid dan peningkatan vitamin D. gejala yang timbul seperti
haus, poliuria, refleks tendon berkurang, batu ginjal, lemah, coma, tonus otot
menurun, motilitas gastrointestinal menurun bahkan terjadi kardiak aritmia.
4. Hypomagnesemia dan Hypermagnesemia
ü Magnesium berfungsi untuk mengaktifkan
reaksi-reaksi enzim, terutama dalam metabolisme karbohidrat dan berkhasiat
sedatif terhadap SSP sama seperti kalsium.
ü Hipomagnesemia adalah bila kadar magnesium di
dalam darah berada pada 1,5 mEq/l, yang dapat terjadi akibat absorpsi yang
terganggu dari saluran GI, banyak kehilangan melalui ginjal atau malnutrisi
yang lama/kelaparan, diare, poliuria ;
dengan gejala perubahan mental seperti agitasi, depresi dan bingung, parastesi,
tremor, ataksia, kejang/spasmus, takhikardia, hipotensi dan aritmia
ü Hypermagnesemia adalah bila kadar magnesium
lebih dari 2,5 mEq/l. Jarang terjadi kecuali bila terdapat kegagalan ginjal.
Penyebabnya adalah kegagalan ginjal dan
ketoasidosis diabetes dengan banyak kehilangan air dengan gejala hipotensi,
vasodilatasi (panas, haus, mual/muntah), kehilangan refleks tendon, depresi
respiratori, bila berlangsung lama dapat timbul koma dan cardiac arrest
Ketidakseimbangan
asam – basa
Sel-sel sensitif terhadap perubahan pH
(konsentrasi ion Hidrogen) dari cairan tubuh. Mempertahankan stabilitas pH dari
cairan tubuh sangat esensial untuk hidup. Cairan tubuh yang normal adalah
sedikit basa (pH 7,35 – 7,45) dan dipertahankan dalam kondisi yang relatif
stabil oleh sistem buffer yang ada di dalam tubuh.
Buffer adalah bahan yang dapat bekerja sebagai
reaksi kimia, yang dapat menarik dan melepaskan ion-ion hidrogen sehingga pH
relatif dapat stabil. Sistem-sistem buffer yang utama dalam tubuh dari cairan
ekstraseluler adalah hemoglobin, protein, sistem karbonik acid-bikarbonat. Yang
terakhir merupakan yang penting secara klinis.
q Dapat dikaji dengan menggunakan test
laboratorium dari plasma
q Tekanan partial CO2 = PCO2
q Tekanan partial O2 = PO2
q Bila PCO2 meningkat maka asam
karbonat akan meningkat à disebut Asidosis
CO2 + H2O à H2CO3 (dan sebaliknya Alkalosis)
q Pengukuran pH PCO2 dan PO2
menggunakan darah arteri yang dikenal dengan pemeriksaan AGDA (Analisa Gas
Darah Arteri = GDA/Gas Darah Arteri)
q Ketidakseimbangan asam – basa terjadi bila
perbandingan antara asam karbonat dan bicarbonat menjadi tidak
proporsional
q Gangguannya dikenal sebagai :
o Asidosis à Respiratorik dan Metabolik
o Alkalosis à Respiratorik dan Metabolik
q
Skema Asidosis Respiratorik
Karena
exhalasi CO2 dihambat
Menyebabkan
kelebihan CO2
Penyebab
utama adalah hypoventilasi
Depresi SSP Penyakit Obs.
Paru
Morphin Asthma
Anastesia Empisema
Kompensasi dilakukan oleh ginjal antara lain :
·
Meningkatkan pengeluaran hidrogen
·
Mempertahankan bicarbonat
Penyebab :
Kerusakan pusat pernafasan pada medula,
kerusakan pusat respiratori oleh obat-obatan (narkotik), obstruksi saluran
nafas (atelektase, pneumotorak, empisema), kelemahan otot pernafasan
Tanda-tanda klinis :
·
Sedikit exhalasi, nafas dangkal, pernafasan terganggu menyebabkan
hypoventilasi
·
Adanya tanda-tanda depresi SSP, gangguan kesadaran dan disorientasi
·
Plasma (pH) < 7,35 ; Urine (pH) < 6
·
PCO2 tinggi (di atas 45 mmHg)
q
Skema Asidosis Metabolik
Bicarbonat turun Asam carbonat naik
Karena diare Kelaparan
Diabetes
Melitus
Gangguan
fs. Ginjal
Usaha
kompensasi
Ginjal : Paru-paru
:
Menahan bicarbonat Meningkatkan
Mengeluarkan hidrogen pengeluaran CO2
dengan
nafas cepat
dan
dalam
penyebab :
peningkatan produksi asam (ketoasidosis,
asidosis uremia, asidosis laktat), peningkatan makanan yang mengandung asam salisilat,
etanol dan etilen glikol, kehilangan bicarbonat(diare kronis, fistula
intestinal)
Tanda dan gejala :
·
Pernafasan Kusmaul (cepat dan dalam)
·
Kelelahan
·
Disorientasi
·
Coma
·
pH plasma rendah
·
PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
·
Bicarbonat rendah
o Anak di bawah 20 meq/l
o Dewasa di bawah 21 meq/l
Skema Alkalosis Respiratorik
Karena exhalasi CO2 berlebihan
Terjadi defisit asam carbonic
Disebabkan karena : demam, cemas, infeksi paru
Kompensasi : ginjal berusaha meningkatkan
sekresi bicarbonat dan menahan hidrogen
Penyebab :
Sindrom hiperventilasi (disebabkan oleh cemas,
histeri), hiperventilasi (demam, hipoksia, gangguan pulmonari, lesi syaraf
pusat, kelebihan pemberian ventilasi)
q
Skema Alkalosis Metabolik
Karena kelebihan bicarbonat
o Kelebihan in take
o Muntah yang terus menerus
Tubuh kehilangan ion H+
Kompensasi :
o Pernafasan lambat dan dangkal
o Muncul periode tidak bernafas/apnoe
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
1. Usia
Infant :
v Banyak intake dan banyak output
v Karena metabolisme yang tinggi
v Masalah yang muncul karena immaturitas ginjal
v Pengeluaran melalui ginjal, paru-paru dan
penguapan
Lansia :
v Gangguan dihubungkan dengan masalah ginjal dan
jantung karena ginjal tidak mampu mengatur konsentrasi ginjal
2. Temperature lingkungan
v Lingkungan yang panas menstimulasi sistem
syaraf simpatis yang menyebabkan orang berkeringat
v Pada cuaca panas seseorang akan kehilangan 700
– 2000 ml air/jam dan 15 – 30 gr garam/hari
3. Diet
v Diet akan mempengaruhi intake cairan dan elektrolit
v Intake nutrisi yang tidak adekuat mempengaruhi
serum albumin, sehingga albumin menurun menyebabkan cairan interstitial tidak
ke pembuluh darah, tapi tertahan menyebabkan odema
4. Situasi stress
v Situasi stress mempengaruhi metabolisme sel, konsentrasi
glukosa darah dan glikolisis otot
v Stress dapat juga mencetuskan munculnya Anti
Diuretik Hormon (ADH) sehingga produksi urine menurun
5. Keadaan sakit
v Luka bakar
v Gagal ginjal
v Payah jantung
ASUHAN
KEPERAWATAN
KLIEN
DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PENGKAJIAN
Perawat harus mengenal dengan baik
gejala-gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, karena gejala-gejala
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sangat mudah berubah. Sebab itu
perawat harus peka terhadap kemungkinan gejala kambuh seperti orang-orang
berikut :
1. Mempunyai penyakit yang biasanya mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Akibat pengobatan medikal dan bedah yang
menyebabkan terganggunya keseimbangan
3. Sangat membatasi intake makanan dan cairan
4. Kehilangan cairan tubuh klien
Pengkajian keperawatan ditujukan/difokuskan
pada :
1. Pola intake
Gambarkan/uraikan jumlah dan tipe cairan yang
biasanya dikonsumsi
2. Pola eliminasi
§ Gambarkan kebiasaan berkemih
§ Apakah ada perubahan baik dalam jumlah maupun
frekwensi
§ Bagaimana karakteristik urine
§ Apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan ; bila
ya, melalui apa ?
o Muntah
o Diare
o Keringatan
3. Evaluasi status hidrasi klien
- Apakah ada tanda-tanda : edema, rasa haus yang berlebihan dan
membran mukosa kering
4. Apakah klien sedang dalam proses penyakit yang
dapat mengganggu keseimbangan cairan, misalnya Diabetes Melitus, kanker, luka
bakar, dsb.
5. Riwayat pengobatan yang dapat mengancam
gangguan keseimbangan cairan, misalnya steroid, diuretik, dialisis, dsb.
Data yang membantu pengkajian keseimbangan cairan dan eletrolit :
-
Perubahan status mental
Mudah tersinggung, gelisah, bingung, letargi,
terjadi akibat kelebihan potassium/sodium, defisit/kelebihan sodium/kalsium,
kelebihan cairan hipotonis, defisit cairan isotonis
-
Kepala/leher
Kering, selaput lendir lengket, odema wajah,
distensi vena jugularis, terjadi akibat kelebihan sodium, kelebihan cairan
isotonis.
Haus, selaput lendir kering, terdapat
garis-garis longitudinal pada lidah ,terjadi akibat defisit cairan isotonis.
Vena pada leher kempis pada waktu terlentang,
terjadi akibat defisit cairan isotonis.
-
Temperatur
Meningkat, terjadi akibat kehilangan air dan
kelebihan sodium.
Menurun, terjadi akibat kelebihan cairan.
-
Gastrointestinal
Tidak ada bising usus (ileus paralitik), anoreksia,
mual, muntah, terjadi akibat defisit potassium, kelebihan/defisit cairan,
kelebihan kalsium.
-
Sirkulasi
Tekanan darah meningkat, terjadi akibat
peningkatan volume sirkulasi, defisit magnesium.
Tekanan darah turun, terjadi akibat volume
sirkulatori menurun, kelebihan magnesium.
Peningkatan nadi dan pengisian vena lambat,
terjadi akibat kelebihan/defisit potassium, defisit cairan isotonis.
Denyut nadi cepat, terjadi akibat peningkatan
volume sirkulatori.
Nadi lemah dan tidak teratur, Aritmia kardiak,
terjadi akibat peningkatan/penurunan potassium/natrium.
-
Respiratori
Dispnoe, ortopnoe, bunyi nafas basah, terjadi
akibat kelebihan cairan isoronis.
Kecepatan pernafasan menurun, terjadi akibat
kelebihan magnesium.
-
Kulit
Pucat, ekstremitas dingin (tanpa edema),
terjadi akibat penurunan volume sirkulasi.
Turgor jelek (ditesr diatas sternum), terjadi
akibat kekurangan cairan/kelebihan sodium.
Lipatan paha dan ketiak kering, terjadi akibat
kekurangan cairan isotonis.
Kulit merah dan kering, terjadi akibat kelebihan
sodium.
-
Neuromuskular
Mati rasa (baal), kesemutan disekitar mulut,
jari tangan dan jari kaki, terjadi akibat defisit kalsium.
Peningkatan iritabilitas dan spasmus otot,
terjadi akibat defisit kalsium.
Kelemahan otot dan paralise, terjadi akibat defisit
potassium/natrium.
Tonus otot berkurang dan penurunan refleks
tendon, kejang abdominal, terjadi akibat defisit potassium, defisit magnesium.
Pemeriksaan
fisik
Parameter yang dapat mengetahui adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
1. Intake dan output cairan tidak seimbang
2. Volume dan konsentrasi urine
3. Turgor kulit
4. Berat badan turun dengan tiba-tiba
5. Temperatur tubuh yang sangat tinggi
6. Edema
7. Vital sign yang abnormal
8. Nilai Central Venous Pressure (CVP) yang
abnormal
Pemeriksaan
laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah
merah, Hb/Haemoglobin, Ht/Haematokrit, dsb)
§ Ht naik à adanya dehidrasi berat dan syok
§ Ht turun à adanya perdarahan akut, masif, reaksi
hemolitik
§ Hb naik à hemokonsentrasi
§ Hb turun à adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik
2. Pemeriksaan serum elektrolit
- Sodium
- Potassium
- Chlorida
- Ion bicarbonat
3. pH dan berat jenis urine
Berat jenis urine menunjukkan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine
4. Analisa Gas Darah Arteri (AGDA)
- Untuk mengetahui keadekuatan oksigenasi, ventilasi dan asam – basa
- Biasanya diperiksa pH, PO2, HCO3-,
PCO2 dan saturasi O2
- PCO2 normal = 35 – 40 mmHg
- PO2 normal = 80 – 100 mmHg
- HCO3- normal = 25 – 29 Meq/lt
- Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen di dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat di bawa darah ; normalnya = 95% - 98%
pada arteri dan 60% - 85% pada vena
Nilai Gas Darah Normal (Pemantauan Perawatan Kritis) :
Gas Darah
|
Arteri
|
Vena
|
pH
|
7,35 – 7,45
|
7,35 – 7,45
|
PCO2
|
35 – 45 mmHg
|
45 – 50 mmHg
|
HCO3
|
22 – 26 mEq/l
|
22 – 26 mEq/l
|
PO2
|
80 – 100 mmHg
|
40 – 50 mmHg
|
Saturasi O2
|
95% - 100%
|
75% - 80%
|
BE (Base Exess)
/kelebihan basa
|
-2,5 - +2,5 mEq/l
|
0 - +4 mEq/l
|
Interpretasi
Ø Asidosis
§ CO2 naik : CO2 + H2O
----> H2CO3
§ HCO2- turun ----> HCO3
bersifat basa
Ø Alkalosis
§ CO2 turun ----> tidak terbentuk
asam karbonat
§ HCO3- naik ----> kadar
basa naik
Dalam ketidakseimbangan asam – basa karena
respiratorik, nilai pH dan PCO2 yang abnormal akan sebaliknya.
Bila metabolik, nilai pH dan HCO3-
keduanya meningkat atau rendah.
Keadaan
|
pH
|
PCO2
|
HCO3-
|
Asidosis respiratorik
|
Turun
|
Naik
|
|
Asidosis metabolik
|
Turun
|
|
Turun
|
Alkalosis respiratorik
|
Naik
|
Turun
|
|
Alkalosis metabolik
|
Naik
|
|
Naik
|
Contoh lain :
Ø pH 7,25 gr% berarti rendah
Ø PCO2 31 berarti rendah
Ø HCO3- 12 berarti rendah
Analisa :
Terjadi asidosis metabolik karena pH dan HCO3-
keduanya rendah. PO2 rendah menandakan adanya usaha kompensasi tubuh
melalui paru-paru untuk mengeluarkan CO2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Lingkup diagnosa utama meliputi :
Ø Perubahan volume cairan : kelebihan
Ø Perubahan volume cairan : resiko kekurangan
Ø Perubahan volume cairan : aktual kekurangan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat
ditemukan pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara
lain :
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
dispnea dan ekskresi yang berlebihan
2. Cemas berhubungan dengan edema paru
3. Tidak efektifnya pola pernafasan berhubungan
dengan mekanisme kompensasi paru
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
penumpukan cairan di bawah jaringan kulit atau dalam ekstrasel
5. Berkurangnya cardiac output berhubungan dengan
berkurangnya volume cairan
6. Resiko injuri berhubungan dengan iritabilitas neorumuskular
7. Kurang pengetahuan tentang efek penggunaan
alkohol, diuretik, laksatif dan edema
8. Perubahan membran mukosa mulut berhubungan
dengan dehidrasi
9. Gangguan integritas tubuh berhubungan dengan
dehidrasi, edema
10. Perubahan proses pikir berhubungan dengan edema
cerebri
11. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
berkurangnya cardiac output
12. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan
berkurangnya perfusi ginjal sekunder terhadap berkurangnya volume plasma
PERENCANAAN
/ PLANNING
Tujuan , klien
akan :
1. Mempertahankan keseimbangan intake dan output
cairan
2. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas
normal
3. Menunjukkan perilaku yang dapat meningkatkan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam – basa
4. Mempertahankan intake cairan dan elektrolit
yang adekuat
Rencana
tindakan / Intervensi
Mencegah terjadinya ketidakseimbangan cairan, meliputi :
ü Kenali
kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupan yang dapat mengarah kepada masalah
ketidakseimbangan cairan
ü Catat intake
makanan dan cairan klien
ü Observasi dan
catat apakah klien mengalami rasa haus yang berlebihan
ü Hati-hati
terhadap adanya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan dan usahakan untuk
mencegah kehilangan tersebut bila mungkin, misalnya : diare, muntah,
pengeluaran urine yang berlebihan
ü Perhatikan
program pengobatan yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
ü Memperhatikan
kondisi yang dapat mencetuskan efek destruktif pada tubuh, misalnya : trauma,
luka bakar, prosedur pembedahan
ü Ajarkan klien
untuk mengobservasi dan melaporkan adanya gejala-gejala ketidakseimbangan
cairan, misalnya kenaikan dan penurunan berat badan yang cepat, kelemahan otot,
perubahan sensasi kulit
Monitoring intake dan output cairan, meliputi :
ü Monitoring intake
dan output cairan ditujukan pada klien :
o Post operatif
o Yang mendapat
Total Parenteral Nutrition (TPN) dan terapi intravena
o Yang terpasang
kateter urine
o Yang dibatasi
intake cairannya
o Yang mengalami
kehilangan cairan yang berlebihan dan perlu mendapat tambahan intake cairan
o Yang mendapat
terapi diuretik
ü Unit/satuan
pengukuran yang digunakan adalah ml atau cc
ü Pengukuran intake
biasanya menggunakan ukuran rumah tangga, misalnya : 1 gelas air minum = 200 cc
ü Pencatatan dan
pelaporan intake dan output cairan dilakukan pershift (pagi, sore, malam)
ü Bagi klien yang
mendapat terapi intravena, pencatatan harus lebih spesifik
Pemberian cairan dan elektrolit peroral , meliputi :
ü Penambahan intake
cairan dapat diberikan peroral pada klien-klien tertentum misalnya klien dengan
DHF, klien dengan dehidrasi ringan
ü Penambahan intake
cairan biasanya di atas 3000 cc perhari
ü Pemberian
elektrolit peroral biasanya melalui makanan atau minuman
ü Peran perawat adalah
membantu memberikan daftar makanan yang mengandung banyak elektrolit tertentu
ü Yang biasanya
membutuhkan tambahan elektrolit adalah masa kehamilan dan pertumbuhan cepat
Pemberian terapi intravena, meliputi :
ü Pemberian terapi
intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan ekstrasel secara
langsung
ü Pemberian infus
diprogramkan oleh dokter
ü Tanggung jawab
perawat adalah memberikan dan mensukseskan terapi tersebut
ü Tujuan terapi
intravena adalah :
o Memenuhi
kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan peroral secara
adekuat
o Memberikan
masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit
o Menyediakan
glukosa untuk energi dalam proses metabolisme
o Memberikan
vitamin yang larut dalam air
o Membuat
saluran/aliran dalam memasukkan obat-obatan melalui vena
ü Jenis cairan
intravena yang biasanya digunakan, antara lain :
o Larutan nutrien
Berisi beberapa jenis
karbohidrat dan air, misalnya :
§ Dextrose/glukosa
5% (setiap 1 liter mengandung 170 – 200 kalori) dan 10%
§ 5% glukosa in water
(D5W)
§ glukosa dalam
salin (3,3% glukosa dalam 0,3% NaCl)
Berisi asam amino, misalnya
: Amigen, Aminosol, Travamin
Berisi lemak, misalnya :
Lipomul, Lyposyn
o Larutan
elektrolit
§ Antara lain
adalah larutan salin baik isotonik, hypotonik atau hypertonik
§ Yang terbanyak
digunakan adalah normal salin (isotonik) yaitu NaCl 0,9%
§ Contoh larutan
elektrolit lainnya : Cairan Ringer (Na+, K+, Cl-,
Ca2+), Cairan Ringer Laktat (Na+, K+, Cl-,
Ca2+, HCO3-)
o Cairan asam –
basa
§ Contohnya Sodium
laktat dan Sodium bikarbonat
§ Laktat adalah
garam yang dapat mengikat ion H+ dari cairan sehingga mengurangi
keasaman
o Blood Volume
Expanders
§ Berfungsi
meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma, misalnya pada klien dalam
keadaan luka bakar berat, hemorragic
§ Blood volume
expanders yang umumnya digunakan adalah Dextran, Plasma, Serum albumin
§ Blood Volume
Expanders bekerja meningkatkan tekanan osmotik darah
ü Untuk pemasangan
infus dalam waktu lama yang pertama harus digunakan adalah vena bagian distal
Intervensi keperawatan pada klien yang terpasang infus
1.
Mempertahankan infus intravena
§ Terhadap klien
dengan pendidikan kesehatan
§ Terhadap daerah
pemasangan
2.
Memenuhi rasa nyaman dan bantuan aktifitas
§ Memenuhi personal
hygiene
§ Membantu
mobilitas, seperti turun dari tempat tidur, berjalan dan sebagainya
3.
observasi komplikasi yang mungkin terjadi seperti :
§ infiltrat
(masuknya cairan ke subkutan), gejalanya bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus
lambat
§ Plebitis (trauma
mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia) gejalanya nyeri, panas, kemerahan
pada vena tempat pemasangan
§ Kelebihan intake
cairan akibat tetesan infus yang terlalu cepat
4.
Mengatur tetesan infus à dilakukan setiap 30 mnt sampai 1 jam sesuai indikasi terapi
5.
Mengganti botol infus à dilakukan jika cairan sudah berada di leher botol dan tetesan masih
berjalan
6.
Mengganti selang infus à minimal 3 x 24 jam
7.
Menghentikan infus à dilakukan bila program terapi
telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru
Transfusi Darah
Adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah ke dalam sirkulasi
vena.
Tujuan :
-
Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan
berat/hebat/masif
-
Mengembalikan sel darah merah, misalnya pada anemia
berat
-
Memberikan faktor-faktor plasma seperti
antihemofilik
Reaksi-reaksi transfusi :
-
Hemofilik
Terjadi apabila aglutinogen
dengan anti-aglutinin dengan tipe sama bertemu
-
Febris
Karena adanya kontaminasi
pada darah atau sensitivitas sel darah putih
-
Reaksi alergi
Jarang terjadi dan biasanya
karena adanya antibody pada plasma donor
Resiko transfusi yang utama adalah transmisi penyakit, seperti penyakit
sifilis, malaria, hepatitis, AIDS, dsb.
EVALUASI
1.
Output urine klien seimbang dengan intake cairan
2.
Karakteristik urine menunjukkan fungsi ginjal yang
baik
3.
Klien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program
(peroral, terapi intravena)
Referensi buku :
Amstrong, B.
Frank, 1995, Buku Ajar Biokimia, Edisi 3, Cetakan I, EGC, Jakarta .
Doenges, E.
Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Cetakan I, EGC, Jakarta .
Guyton, C.
Arthur, 1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Cetakan IV, EGC,
Jakarta .
Hudak, M. Carolyn
and Gallo, M. Barbara,1996, Keperawatan
Kritis : pendekatan holistik, Edisi VI, Volume II, Cetakan I, EGC, Jakarta .
Long, C. Barbara,
1996, Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan,
Jilid 2, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung .
Mansjoer, Arif,
2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Cetakan I, Media
Aeskulapius FK – UI, Jakarta.
Owen, Anna, 1997,
Pemantauan Perawatan Kritis, Cetakan I, EGC, Jakarta .
Price, A. Sylvia
and Wilson, M. Loraine, 1995, Patofisiologi, Edisi IV, Buku I dan II,
Cetakan I, EGC, Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar