Kamis, 12 Februari 2015

PEMBERIAN OBAT

PEMBERIAN OBAT

A.    Pengertian  dan  Jenis-Jenis  Pemberian Obat
Obat  adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang  tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
1.       Jenis –jenis pemberian obat
a.        Oral, Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek yang lama.
b.       Parenteral, Pemberian obat melalui perenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut merupakan ktrak indikasi.
c.        Topical , Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada areah yang diobati  atau medicated baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.
d.        Inhalasi , Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk absorrsi obat, obat diinhalasi melalui mulut atau pun hidung.
B.    Tujan Pemberian Obat
·         Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.
·         Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
·         Efek samping yang terjadi minimal
·         Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien
C.    Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat
Saat pemberian obat, perawat perlu memperhatikan prinsip “7 (tujuh) benar” meliputi :
1.       Benar nama obat yang diberian
2.       Benar klien sesuai dengan order obat
3.       Benar waktu pemberian
4.       Benar rute atau cara pemberian
5.       Benar dosis obat sesuai indikasi
6.       Benar dokumentasi pencatatan dan pelaporan keperawatan
7.       Benar pendekatan komunikasi terapeutik
Sebelum melaksanakan pemberian obat kepada pasien , sebaiknya perawat mengecek obat paling sedikit 3 (tiga) kali sesuai prinsip 7 (tujuh) benar, yaitu :
1.       Saat obat diambil dari tempat penyimpanannya (lemati obat)
2.       Saat obat diambil dari kotak obat klien
3.       Sebelum kotak obat klien dikembalikan ke tempat penyimpanan (lemari obat)
D.    Teknik-Teknik Pemberian  Obat
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya:
1.    PEMBERIAN OBAT MELALUI MULUT (per- oral)
Yaitu menyiapkan obat yang dapat diberikan melalui mulut.
2.    SUNTIKAN INTRAKUTAN (IC)
Adalah pemberian obat melalui suntikan kedalam jaringan kulit, pada area :
·            Lengan bawah bagian dalam : 1/3 dari kelukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan
·            Lengan atas : 3 jari dibawah sendi bahu

3.    SUNTIKAN SUBKUTAN (SC)
Adalah pemberian obat melalui suntikan dibawah kulit, pada area :
·            Lengan atas sebelah luar : 1/3 bagian dari bahu ke siku
·            Paha sebelah luar : 1/3 bagian dari sendi panggul kesendi lutut
·            Daerah perut sekitar pusar (umbilicus)
4.    SUNTIKAN INTRAMUSKULER (IM)
Adalah pemberian obat melalui suntikan kedalam jaringan otot, pada area :
·            Otot pangkal Lengan (muskulus deltoideus) : 1/3 bagian dari bahu ke siku
·            Otot Paha bagian luar (muskulus quardriceps femoris / vastus lateralis) : 1/3 tengah paha sebelah luar.
·            Ventrogluteal : antara SIAS dengan spina iliaka posterior
·            Otot bokong (muskulus gluteus  maksimus) :1/3 SIAS ke os cogsigeus
5.    SUNTIKAN INTRAVENA LANGSUNG (IV)
                  Adalah pemberian obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah, pada area :
·            Lengan vena mediana cubiti, vena cephalica
·            Tungkai vena saphenosa
·            Leher vena jugulais (khusus pada anak-anak)
·            Kepala vena fontalis, vena temporalis (khusus pada anak-anak)
6.    PEMBERIAN OBAT MELALUI REKTUM
Pemberian obat melalui rectum  merupakan pemberian obat dengan memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadiakan lunak pada daerah feses, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat efek local , seperti obat ducolac supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara local. Pemberian obat  dengan sistemik, seperti obat aminofilin supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sphincter anti interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.
7.    PEMBERIAN OBAT MELALUI PERVAGINA
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui  vagina, yang bertujuan untuk mendafatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. obat ini tersedia dalam bentuk krem dan supositoria  yang digunakan untuk mengobati  infeksi lokal .
8.    PEMBERIAN OBAT MELALUI MATA
Pemberian obat pada mata dengan  obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
9.    PEMBERIAN OBAT PADA KULIT
Pemberian obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya  dikulit yang bertujuan mempertahan kan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau  mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-macam seperti krem, losion, aerosol dan seprai.

10.  PEMBERIAN OBAT MELALUI TELINGA
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat  berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi  telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah.
11.  PEMBERIAN OBAT MELALUI HIDUNG
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
E.     Komplikasi dan Kesalahan Dalam Pemberian Obat.
Obat memiliki efek terapeutik dan efek samping, efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain. Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.

 Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin tingginya keparahan sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar